Etnik Toraja

Seiring dengan kekayaan budaya dan tradisi, Toraja juga menyimpan banyak mitos tentang asal-usul namanya.

Di masa lalu, masyarakat Toraja hidup terisolasi sehingga perkembangan kebudayaannya lamban, begitu pula dengan upaya-upaya komunikasi dan transportasi. Wilayah ini tumbuh lebih lamban dibandingkan masyarakat Bugis atau Makasar yang menempati dataran rendah. Meski semua tanah datar di kawasan mereka digunakan untuk pertanian, hasil pertaniannya hanya cukup untuk menafkahi penduduk setempat, membuat orang-orang Toraja hidup di komunitas yang terkonsentrasi dan kecil dan berdiri sendiri.

Masyarakat Bugis menganggap dataran tinggi adalah tempat yang sakral dan menyebutnya ‘To Riaja’ atau tempat di mana orang-orang dari utara hidup (‘To’ berarti orang, sedangkan ‘Riaja’ berarti utara). Orang-orang dari Kerajaan Luwu memiliki nama tersendiri, mengacu pada ‘To Rajang’ atau tempat dimana orang-orang selatan hidup. Di tepi teluk sebelah selatan orang-orang mendengar cerita tentang keluarga keturunan kerajaan yang dikenal sebagai Puang Laki Padada yang datang ke kerajaan Goa di abad ke-13 untuk menemukan kehidupan abadi. Orang-orang Goa menyebutnya ‘Tau Raya’ atau orang dari timur sehingga tempat itu juga dikenal sebagai ‘Tanah Tau Raya’ (Tana berarti Tanah, Tau berarti Orang dan Raya berarti timur). Berasal dari berbagai cerita rakyat itu, legenda-legenda tersebut kemungkinan merujuk pada nama Toraja yang seperti kita ketahui saat ini.

Kekerabatan yang Harmonis

Saat ini masyarakat Toraja menjaga kehidupan komunal yang damai. Mereka mendefinisikan standar sosial melalui warisan leluhur. Ketika ada masalah muncul mereka berkumpul bersama dan mencari solusi sebagai perpanjangan keluarga. Masyarakat Toraja senang ketika ada tamu yang datang bekunjung ke tempat mereka termasuk wisatawan, mungkin karena dimasa lalu tidak banyak pengunjung datang karena jarak tempuh untuk mencapai desa itu sangatlah jauh. Salam yang biasa mereka ucapkan ketika melewati orang lain atau berkunjung ke rumah orang adalah ‘Manasumoraka’ yang diartikan sebagai ‘Sudahkah kamu memasak?’ itu artinya tidak ada batasan antara tamu dan si pemilik rumah. Bisa dikatakan orang-orang Toraja sangat ramah, sederhana, dan senang menyambut para petualang yang datang. Jadi jangan ragu untuk menyapa ketika kamu berpapasan dengan mereka.

Explore The Other Paradise

Keep yourself in touch
Subscribe to our newsletter

Discover the Sacred Highlands Anytime

Visit Toraja

X